Mengubah Benci Menjadi CINTA
….dari manakah datangnya kebencian?
MEREKA
yang membenci orang lain adalah mereka yang membiarkan dirinya dihisap oleh
penyakit yang secara perlahan menggerus tubuhnya. Telah banyak riset
dikemukakan bahwa rasa benci bisa menimbulkan penyakit, tapi tetap saja ada
orang yang memendam benci pada sesamanya. Tetap saja ada yang tak suka melihat
orang lain melangkah maju, menanam benci yang berkarat hingga menahun. Aneh!
Mereka
yang membenci orang lain adalah mereka yang tak memahami hakekat tentang kehidupan.
Mereka berpikir bahwa segalanya abadi. Padahal, semuanya terus bergerak. Bahkan
benci itupun bisa bergerak. Kemanapun anda bergerak, benci itu akan
mengejar-ngejar. Benci itu akan bisa beranak-pinak. Anda sedang membatasi ruang
gerak di planet yang serba terbatas ini. Bukankah akan sangat tidak nyaman
ketika tak bisa ke mana-mana hanya karena seorang yang anda benci ada di situ?
Mereka
yang menanam benci adalah mereka yang menanam sebuah belukar di sekeliling
hatinya. Belukar itu akan menjerat kaki ke manapun bergerak. Benci itu akan
menjadi duri-duri yang menghalangi gerak di rimba kehidupan. Benci itu akan
menjadi lumpur hidup yang kelak akan menghisap dirimu, menarik-narik kakimu,
tak membiarkanmu untuk melangkah maju.
Mereka
yang menanam benci adalah mereka yang menyimpan nestapa. Benci itu akan jadi
timbunan yang berisikan kisah sedih. Dunia dilihat dengan penuh kecurigaan.
Benci itu adalah awal. Selanjutnya adalah berbagai prasangka yang kian menutupi
hati dari cahaya putih kebijaksanaan. Benci itu adalah kanker yang memangsa
seluruh tubuhmu. Benci itu adalah bencana yang secara perlahan menelan tubuhmu
lalu membiarkanmu menderita dan terpuruk.
Apakah
Anda seorang pembenci? Saatnya untuk menghentikan sikap bodoh itu. Saatnya
untuk menanam bunga-bunga kedamaian. Saatnya untuk menyuburkan benih bahagia.
Ikuti dunia sebagaimana air mengalir. Segalanya tak harus berjalan mengikuti
keinginan. Ketika seseorang bergerak di luar patok yang kita tanam, maka benci
tak perlu ditanam. Justru damai yang harus terus kita payungi.
Semua
orang adalah anak panah yang mengikuti ke mana busur merentang. Semua orang
mengikuti garis edar takdirnya masing-masing. Semua tindakan akan dicatat oleh
Pemberi Kehidupan untuk kelak akan menerima hukum sebab-akibat. Seorang
pencinta akan dicintai di mana-mana. Takdir seorang pembenci adalah dibenci di
mana-mana. Takdir seorang baik akan menerima kebaikan di mana-mana. Dan takdir
seorang jahat adalah tak menerima tatap hangat dari orang lain.
Seorang
musuh terlalu banyak. Sejuta sahabat terlampau sedikit. Kehidupan yang kelak
akan mencatat seberepa banyak benih kebaikan yang kita tanam. Kelak, kehidupan
pula yang akan memberikan hukuman atas segala goresan benci yang kita tanam.
Bukankah dunia ini akan amat indah ketika kita disambut senyuman di mana-mana?
Lantas mengapa pula kita harus menanam benci?
Athens, 21 Januari 2013