Mencari Pustaka Buton di Amerika
![]() |
Alden Library at Ohio University |
BEBERAPA tahun silam, saya mengadakan riset tentang sejarah dan budaya Buton. Saya lalu kembali ke Baubau, saat itu masih menjadi ibukota Kabupaten Buton, dan mulai mengumpulkan literatur. Saat itu, saya mengalami keterbatasan dengan beberapa literatur klasik yang selalu disebut-sebut kala membahas kebudayaan Buton. Saya menemui banyak orang. Anehnya, semua menyebut beberapa literatur, tapi tak satupun yang bersedia meminjamkan atau minimal menunjukkan literatur tersebut. Bahkan, ketika saya membayar sekalipun, tak ada yang mau meminjamkan. Saat itu, saya bertanya, ada apakah gerangan.
Saat menginjakkan kaki di tanah Amerika Serikat, saya lalu mengunjungi perpustakaan di kampus Ohio University at Athens. Betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa berbagai literatur yang lama hanya bisa saya idamkan itu, ternyata justru tersimpan rapi di kampus ini. Di sini, pengetahuan tidak dilihat seperti porselen yang dijaga rapi dan dikhawatirkan akan pecah. Di sini, pengetahuan menjadi sesuatu yang dibagikan kepada siapapun yang membutuhkannya. Di sini, saya menemukan sekitar 50 pustaka Buton yang dahulunya hanya pernah saya dengar namanya.
buku karya La Ode Malim di Perpustakaan Ohio |
Buku pertama yang saya temukan adalah Membara di Api Tuhan, karya La Ode Malim. Saya sudah menanyakan buku ini pada banyak orang tua ataupun sejarawan di Buton. Semua merekomendasikan buku ini. Tapi anehnya, hingga sekian tahun saya di Baubau, saya belum pernah melihatnya langsung. Betapa terkejutnya saya ketika melihat buku ini di perpustakaan Amerika Serikat. Padahal di Baubau, susah sekali mendapat buku ini. Entah, apakah sesama saudara enggan meminjamkannya.
Buku karya La Ode Malim ini adalah interpretasi atau penafsiran atas kabanti Bula Malino (bulan purnama) karya Sultan Idrus Kaimuddin. Saya belum membaca detail buku ini. Tapi dari hasil membuka-buka halaman, ia memberikan catatan atas setiap paragraf yang disusun Idrus Kaimuddin, menelaah apa maknanya dari sisi sufistik, kemudian memberikan catatan-catatan dengan bahasa yang amat memikat tentang keindahan sastra yang terkandung dalam kabanti tersebut. Bahasanya indah. Saya kagum karena ditulis pada tahun 1983, pada masa ketika belum banyak buku-buku sufistik
Selanjutnya, saya melihat catatan atau memori harian Zainal Arifin Sugianto, mantan Bupati Buton tahun 1969-1980. Saya sudah lama mencari catatan ini sebab bisa membuka banyak hal yang terjadi di tanah Buton pada masa-masa ketika wilayah itu sering distigmatisasi sebagai basis PKI oleh rezim Orde Baru. Saat itu, Bupati Zainal Arifin adalah pelaku sejarah yang memimpin Buton pada periode sulit. Catatan hariannya bisa menyibak beberapa misteri masa silam, sekaligus melihat konteks dan suasana batin pada masa itu.
buku The Navel of the Perahu karya Michael Southon tentang pelaut Buton di Sampolawa |
Saya juga menemukan buku karya Michael Southon berjudul The Navel of the Perahu. Buku ini berdasarkan pada riset tentang tradisi maritim orang Buton yang setting-nya di Lande, Sampolawa, Buton. Risetnya sangat menarik sebab mengungkap betapa kayanya tradisi maritim orang Buton serta upaya mereka untuk menaklukan samudera dengan mengandalkan pengetahuan mereka atas tradisi serta kearifan yang telah diwariskan nenek moyang dan dipertahankan dalam budaya. Buku ini sangat menarik sebab menunjukkan kalau pemilik tradisi maritime di Indonesia timur bukan hanya orang Bugis-Makassar. Orang Buton punya tradisi yang amat kaya dan disebut sebagai satu dari lima suku bangsa penakluk laut di Nusantara. Buku ini sudah lama saya cari. Tapi anehnya, nanti saya temukan saat berada di Amerika Serikat.
Buton dalam Gerimis karya La Ode Boa |
Islam Buton karya Alifuddin |
Buku lain yang saya temukan adalah karya-karya lengkap Abdul Mulku Zahari. Saya juga melihat beberapa buku yang belum pernah dipublikasikan. Heran juga karena tiba-tiba menemukan buku ini di tanah yang jauhnya beratus-ratus kilometer dari Baubau. Padahal, tak banyak orang Buton yang punya koleksi lengkap karya tersebut. Bahkan saat ke rumah anaknya pun, saya hanya diperlihatkan sedikit. Tapi di AS, koleksinya cukup lengkap.
Buku lain yang saya pinjam dari koleksi perpustakaan di sini adalah novel Buton dalam Gerimis karya La Ode Boa. Novel ini menjadi salah satu referensi yang dipakai Blair Palmer, ilmuwan asal Australia, saat menulis tentang fenomena migrasi di kalangan orang Buton. Saya juga meminjam satu koleksi berjudul Islam Buton: Interaksi Islam dengan Budaya Lokal.
Kesimpulan saya adalah sering kali kita yang tinggal di daerah, yang notabene adalah pemilik sah satu kebudayaan, justru tidak peduli dengan teks atau buku tentang daerah kita sendiri. Sementara perpustakaan di negeri yang jauh, justru memberikan apresiasi, merawat koleksi naskah tersebut, dan mewariskannya kepada generasi-generasi mendatang. Saya bayangkan kelak generasi baru Buton akan belajar sejarah dan budayanya, bukan lagi di tanah kelahirannya. Kelak kita akan pergi jauh ke Amerika demi mempelajari ulang kebudayaan kita sendiri, sebagaimana hal yang saya rasakan sekarang.(*)
Athens, OHIO, 28 September 2011