Kehilangan, Keikhlasan, dan Keajaiban
EMPAT hari lalu, saya kehilangan dompet yang berisikan sejumlah uang di Kendari. Ketika menuliskan status di media sosial, seorang sahabat menelepon langsung dari tanah Arab. Sahabat yang tengah menjalankan ibadah haji itu memberikan motivasi kuat. “Ikhlaskan semua kehilangan itu. Yakinlah, dalam waktu yang tak lama lagi, akan ada rezeki yang jauh melebihi kehilangan itu,” katanya.
Tadinya, saya hanya mengamini perkataan
sahabat yang tengah menjalani ibadah haji tersebut. Saya cukup tercengang
karena di tanah suci sana, ia tiba-tiba menghubungi saya demi untuk memberikan
motivasi. Meskipun saya bersepakat dengan kata-katanya untuk mengikhlaskan
semua yang hilang, saya tak banyak berharap akan ada rezeki lain yang tiba-tiba
saja datang.
Selanjutnya, saya kembali ke kampung
halaman. Baru sehari, seseorang mengajak bertemu. Saya memang beberapa kali
membantu teman tersebut yang sedang menyusun disertasi doktoral. Bagi saya,
pengetahuan selalu gratis, sehingga harus selalu dbagikan. Membagi pengetahuan
tidak sama dengan membagi duit. Kalau duit dibagi, maka jumlahnya akan
berkurang. Sementara pengetahuan, sekali dibagikan, maka jumlahnya bertambah.
Kita tambah paham, dan orang lain juga paham.
Usai diskusi dengan teman tersebut, ia
tiba-tiba saja mengeluarkan amplop. Ia berterimakasih atas bantaun yang pernah
saya berikan. Walau saya menolak setinggi langit, ia tetap ngotot memberikannya
sembari berkata bahwa ini adalah hak yang tak boleh saya tolak.
Tiba di rumah, saya membuka amplop itu.
Saat itulah saya teringat telepon dari tanah suci. Saya terngiang kata-kata
sahabat di sana bahwa ketika saya mengikhlaskan sesuatu, maka semesta akan
memberikan kembali apa yang hilang, malah melipatgandakannya. Sungguh ajaib. Perkataan
sahabat itu terbukti. Hanya dalam hitungan hari, ada saja rezeki yang datang,
dan saya tak butuh langkah kaki yang jauh untuk menggapainya.
Pada akhirnya, saya belajar kembali
melihat kehidupan. Peristiwa kehilangan uang membuat mata saya lebih terang.
Pikiran saya menjadi lebih terbuka bahwa selalu saja ada keajaiban ang kadang
tak bisa dijelaskan dengan nalar.
Saya mengamini petuah para leluhur bahwa
keajaiban selalu hadir pada siapa saja yang mau untuk mempercayainya. Ketika
kita memiliki hasrat dan pemikiran tentang keajaiban yang akan hadir, maka semesta
akan membuka tabir-tabirnya, memberikan jalan lempang bagi semua keikhlasan
serta niat baik kita, serta menjadi sayap-sayap bagi kita untuk mengangkasa.
Alangkah indahnya jika semua orang berada pada jalur yang sama yakni bekerja
ikhlas, dan percaya pada keajaiban.
Buat yang membaca tulisan ini, saya punya pertanyaan. Pernahkah anda mengalami keajaiban sebagaimana yang saya rasakan hari ini?