Saat Strawberry Belum Bermekaran
TERGODA oleh cerita seorang kawan tentang
agrowisata, saya dan keluarga menyempatkan diri ke kebun strawberry di Cipanas,
Jawa Barat. Niatnya adalah ikut memetik strawberry lalu membawanya pulang
sebagai kenang-kenangan. Sayang, waktu kedatangan kami bukan di saat yang
tepat.
***
“TUHAN menciptakan tanah Priangan saat sedang
tersenyum.” Kalimat itu diucapkan seorang sahabat beberapa tahun silam. Ia tak
sekadar mengeluarkan kalimat lepas. Ia menyaksikan betapa banyaknya pemandangan
indah di tanah Sunda. Selalu ada yang baru di situ.
Dalam perjalanan ke Cipanas, saya
berkunjung ke perkebunan strawberry. Saya membaca di satu website tentang paket
wisata di kebun buah kecil berwarna merah itu. Semua pengunjung bisa ikut dalam
kegiatan memetik strawberry, lalu mengemasnya dalam wadah yang cantik.
Saya berpikir bahwa wisata ini unik dan
kreatif. Saya membayangkan betapa asyiknya menyaksikan langsung strawberry yang
selama ini hanya bisa ditemukan dalam permen ataupun minuman. Saya membayangkan
betapa senangnya menelusuri kebun strawberry, memilai-milah buah yang bisa
dipanen, hingga menyimpannya dalam keranjang.
Wisata ini bisa menjadi wisata edukasi
bagi anak saya. Ia bisa paham bahwa di balik permen dan minuman rasa strawbeery
yang disukainya, ada buah-buahan merah yang tumbuh dari tanaman merambat yang
dipanen secara berkala. Saya ingin agar ia melihat kebun buah-buahan,
menumbuhkan kecintaan pada tanaman, lalu kelak menanam banyak bibit yang akan
menghijaukan bumi.
Sayangnya, buah strawberry tidak sedang
bermekaran. Tapi saya cukup puas ketika bisa menyaksikan langsung tanaman itu
dari dekat. Saya juga senang menyaksikan kebun-kebun sayuran yakni tomat,
brokoli, dan terung, cabe, dan lain-lain. Di situ, pengunjung bisa pula ikut
menanam strawberry, membuat dodol, hingga menangkap ikan di kolam, lalu
mengolahnya.
Saya juga menggemari atraksi berkuda di
tengah hujan gerimis. Ternyata, berkuda itu tak semudah menyaksikannya di film.
Saya agak kesulitan menyeimbangkan diri. Mulanya saya menjepit tubuh kuda agar
tidak jatuh. Ternyata, tubuh kita harus mengikuti pergerakan kuda sehingga bisa
seirama dan menikmati proses menunggang kuda itu.
Perjalanan ke Cipanas tak sia-sia. Memang,
tak ada strawberry yang dipetik, tapi ada banyak makna dan hikmah yang dipetik
dan memperkaya batin. Saya teringat kalimat Gandhi, “Bumi sangat luas, dan
senantiasa cukup untuk memberi makan semua manusia. Namun tak akan cukup untuk
memberi makan ketamakan manusia.”
Cipanas, 4 Mei 2015
![]() |
saat berkuda |