Yang Mengesankan dari Pramuka
DI sekitar rumah, banyak orang yang
berseragam pramuka. Batin saya tiba-tiba saja mengenang masa-masa mengenakan
seragam itu. Saya mengingat saat-saat meninggalkan bangku sekolah demi
menyusuri gunung-gunung dan sungai-sungai. Pada masa itu, saya menganggap
kegiatan pramuka dan perkemahan jauh lebih penting dari belajar di sekolah.
Puluhan tahun berlalu, saya tetap merasa
bahwa pendapat itu benar. Kegiatan mengarungi alam bebas itu justru menjadi
kenangan paling indah yang pernah saya kenang di masa sekolah. Kegiatan itu
beberapa kali menyelamatkan hidup saya di masa kini.
Belakangan ini, saya berkeliling ke banyak
desa untuk melakukan penelitian, kegiatan menulis, serta memfasilitasi warga
desa. Saya berpindah ke banyak titik di tanah air sembari terus-menerus belajar
di berbagai tempat. Pada setiap desa-desa itu selalu saja saya bertemu banyak
orang baik yang juga berpengetahuan. Mereka adalah guru-guru hebat yang
mengajari ilmu-ilmu kehidupan.
Setiap kali melakukan perjalanan, saya
selalu terkenang perjalanan di masa-masa remaja, saat masih bergabung dalam
Pramuka. Dahulu, perjalanan ke alam bebas amatlah menggembirakan. Saya sungguh beruntung
sebab bisa mengenali banyak desa serta punya sahabat di mana-mana.
Saya menggemari suasana perkemahan. Di situ,
selalu ada pembagian tugas. Biasanya, saya akan memilih tugas sebagai korfei
atau juru masak. Mengapa? Sebab seorang juru masak tak diwajibkan untuk
mengikuti upacara malam. Bagian lain yang paling saya sukai adalah pesta di api
unggun. Saya punya banyak koleksi lagu-lagu serta permainan yang bisa
mengundang tawa.
Memang, pada saat itu ada juga
kenakalan-kenakalan. Misalnya, menyelundupkan kue-kue, menyembunyikan tas para
perempuan, ataupun memanjat kelapa milik penduduk. Semuanya dilakukan untuk sekadar
mengaktualisasikan keisengan.
Andaikan tak ada Pramuka, barangkali saya
tak punya hasrat kuat untuk berpetualang. Organisasi ini sejak dini telah
mengenalkan nikmatnya perkemahan di alam-alam bebas. Pengetahuan yang masih
membekas adalah pengetahuan tali temali serta bagaimana menghindarkan diri dari
ular dan binatang melata lainnya. Saya masih ingat persis bahwa saat berkemah,
kami sering menabur garam di sekitar tenda. Tujuannya, agar ular tak mendekat.
Melalui Pramuka, saya belajar untuk
mandiri serta berpetualang. Ternyata, organisasi ini sangat efektif mengajari
anak-anak kebiasaan berkunjung ke desa-desa dan bertemu masyarakatnya.
Organisasi inilah yang paling awal mengajarkan bagaimana terjun ke masyarakat
demi memgasah kepekaan. Saat aktif di organisasi ini, saya mengelilingi banyak
desa, menjalin persahabatan dengan banyak orang di berbagai kampung, bersahabat
dengan pekatnya malam serta tidur beratapkan bintang-bintang. Semuanya
dilakukan pada usia muda.
Sayangnya, perkembangan organisasi ini
belakangan agak mengecewakan saya. Pernah saya membaca liputan media tentang
perkemahan anak-anak yang di sekelilingnya, ada banyak restoran fast food
membuka gerai. Pernah pula saya melihat perkemahan yang diadakan di dalam
sebuah mal atau kawasan perbelanjaan. Perkemahan di zaman kini tak semandiri
perkemahan di zaman dahulu yang lebih menekankan pada keberanian, kerjasama,
serta petualangan menelusuri desa-desa dan kawasan.
Setiap zaman punya cerita. Saya beruntung
pernah bergabung dengan organisasi yang telah menajamkan kemandirian, mengasah
kepekaan, serta memperkuat solidaritas dengan banyak orang di berbagai desa.
Saya bahagia dengan pengalaman itu, meskipun kerap miris saat mengenang
nasibnya di masa kini yang kian terpinggirkan oleh keadaan.
Satya kudarmakan, darma kubaktikan!
Bogor, 14 Agustus 2015