Ternyata, Inilah Hotel Airy
Ceritakanlah padaku tentang visi dan kecerdikan?
Tergiur oleh promosi besar-besaran dari Airy Hotel di semua media massa nasional, saya iseng-iseng memesan kamar hotel ini di Jakarta melalui Traveloka. Saya tertarik karena harganya murah dan promosinya gencar.
Saya tak punya bayangan tentang hotel ini. Saya pikir hotel ini jaringan hotel baru yang keren, namun ber-budget murah sebagaimana Red Planet (dulu namanya Tune) yang dimiliki Air Asia. Saat mengecek di aplikasi, saya sempat terheran-heran karena jaringan hotel ini cukup banyak.
Saya pun membooking satu kamar. Saat saya datangi, letaknya di gang-gang sempit Jakarta. Saya baru tahu kalau ternyata logo Airy dipasang di depan satu hotel tua yang sepi dan tak berpenghuni.
Setelah berbincang dengan resepsionis, saya jadi tahu banyak hal. Airy tak punya hotel. Dia hanya membangun jejaring dengan hotel-hotel yang sudah ada. Dia hanya menghubungkan para customer dengan pihak hotel melalui aplikasi dan penjualan online.
Airy itu serupa Gojek yang tak punya sepeda motor, namun menghubungkan pihak konsumen dengan jasa sepeda motor. Dia hanya membangun satu platform, di mana konsumen bisa dengan mudah mengecek hotel, tarif, serta lokasi. Dengan transaksi yang serba mudah melalui handphone, datanglah konsumen ke hotel itu.
Saya teringat ujaran Don Tapscott dalam buku Wikinomics. Dia mengambil contoh bisnis hebat yang tak punya banyak kantor. Dia menyebut Wikipedia, ensiklopedi terbesar, yang content-nya diisi publik secara sukarela. Facebook sebagai jejaring sosial terbesar, yang anggotanya mendaftar secara ikhlas. Google sebagai penyedia big data, yang memiliki informasi konsumen terbesar, yang menggunakan berbagai fiturnya secara gratis.
Nah, setelah di Indonesia ada Gojek (dalam hal ojek), uber dan grab (dalam hal taksi), kompasiana (dalam hal berita online), kini ada Airy di jejaring hotel. Saya cukup terkesima karena Airy tak punya hotel, melainkan berjejaring dengan hotel2 lain. Dia tak butuh investasi besar utk bangun hotel. Cukup bikin aplikasi, menghadiahkan seprei dan sarung bantal bertuliskan Airy, berbagi rejeki dengan hotel lain, sama-sama happy dan untung.
Satu saja catatan saya. Fasilitas hotel yang berada dalan satu jejaring ini cukup mengecewakan. Atau mungkin, saya saja yang sial karena ternyata memesan hotel di jaringan Airy yang fasilitasnya buruk. Sejak tiba di depan hotel, saya sadar kalau diarahkan ke hotel tua yang tidak peduli standar higienis. Yah, apa boleh buat. Ke depannya, saya berharap ada gambar atau informasi memadai tentang hotel itu. Sebagai konsumen, saya tak ingin 'beli kucing dalam karung.'
Tentu saja, sebagai konsumen, saya bisa memberi input yang kelak bisa menyempurnakan layanannya di masa depan. Di era digital, segala hal bisa dibenahi, sepanjang ada visi dan kecerdikan dalam melihat celah bisnis. Iya khan?