Jurus Terakhir Setya Novanto
PAPA Setya Novanto memang sakti. Dia bukan
saja punya ilmu belut yang licin sehingga sanggup keluar dari semua persoalan.
Dia juga punya ilmu halimun yang memungkinkannya bisa lenyap dan tak terlihat.
Untuk pertama kalinya, para penyidik KPK yang hendak menangkap dibuat kecele.
Radarnya jauh lebih ampuh bekerja, dan memprediksi cepat atau lambat para
penyidik akan datang dan menyeretnya. Papa memang sakti.
Sungguh menarik melihat bagaimana dirinya
melalui persoalan ini. Reputasi Setya Novanto adalah selalu bisa keluar dari
tekanan besar yang dihadapinya. Pada diri Setya Novanto, kita bisa menyerap
bagaimana menghadapi semua krisis dengan segala ketenangan. Dia tetap
tersenyum, bahkan pada saat dirinya menjadi tersangka. Di mana-mana, status
tersangka adalah belenggu yang membuat seseorang tidak bergerak.
Tapi Novanto adalah pengecualian. Dengan
status tersangka itu, dia tetap bisa berdekatan dengan penguasa. Dia masih bisa
cengar-cengir pada saat serangan bertubu-tubi mengarah padanya. Bahkan saat KPK
sibuk mengeluarkan berbagai pertanyaan sana-sini tentang dirinya, dia masih
tetap cuek sembari terkantuk-kantuk pada satu momen yang disorot publik.
Seorang keroco yang menjadi tersangka pasti tak bisa tidur dan setiap saat
cemas melihat berita. Tapi orang sesakti Novanto tetap bisa ngantuk. Tertidur
pula. Entah kesaktian apa yang dimilikinya.
Kesalahan KPK adalah terlampau terbuka
mengumbar rencana-rencana. Lembaga ini rupanya suka menggunakan media sebagai
panggung untuk membuat situasi heboh. Ketika suara-suara publik muncul dan
menjadi air bah pendukung, barulah keluar senjata terakhir KPK yakni
penangkapan.
KPK lebih dahulu menggiring opini
bersalah, memberikan label koruptor pada seseorang sehingga publik percaya 100
persen kalau seseorang jahat, setelah itu baru eksekusi. KPK memberikan stigma
koruptor dulu, setelah itu baru mulai mencari cara untuk membuktikannya.
Kalimat ini pernah disampaikan Anas Urbaningrum.
Saat penyidik KPK pulang dengan tangan
hampa, maka itu adalah pertanda betapa tidak bekerjanya semua radar KPK di
hadapan Novanto. Itu adalah tanda bahwa Novanto lebih tahu rencana-rencana KPK
ketimbang KPK sendiri. Publik bisa mengembangkan banyak spekulasi.
Jangan-jangan ada informan dari dalam yang selalu membisikkan semua rencana itu
ke Novanto sehingga langkah antisipatif segera dilakukan.
Kok bisa, Novanto seakan tahu bahwa surat
penangkapan yang sifatnya rahasia akan segera keluar, dan penyidik akan ke
rumahnya. Jangan-jangan, dia penyuka peribahasa “sedia payung sebelum hujan.”
Sebelum penyidik datang, kabur duluan.
Menghadapi sosok seperti Novanto, harusnya
KPK lebih tenang. Jika kekuatan Novanto adalah bermain dalam diam, maka KPK
juga harusnya memainkan pola yang sama. Menghadapi seseorang yang memakai ajian
halimun, KPK juga harus memakai ajian halimun.
Susun rencana dengan matang, dan eksekusi
tanpa banyak mencari panggung. Tak perlu gembar-gembor dan bicara di hadapan
media massa. Langsung saja tangkap jika memang tindakan itu sudah seharusnya
diambil. Harusnya tangkap saja sejak kemarin-kemarin. Harusnya, ketika Novanto
selesai rapat paripurna dewan, langsung giring dia ke mobil tahanan.
Pertanyaannya, mengapa harus menunggu publik heboh dan media berdatangan,
barulah KPK bergerak?
Menghadapi Novanto memang tak bisa
menempuh strategi biasa. Kekuatan Novanto adalah kemampuan untuk membangun
jejaring di semua lini. Kita sudah melihat bagaimana jejaring di berbagai lini
itu bekerja saat dirinya lebih tahu rencana lawan yang hendak menerungkunya.
Berbekal kekuatan partai politik yang digenggamnya, Novanto bisa melancarkan
lobi di lapis atas pemegang kekuasaan negeri ini.
Bahkan saat KPK hendak menersangkakannya
lagi, dia masih melawan dengan laporan ke Bareskrim. Novanto adalah pengendali
irama permainan yang sebelumnya telah diprediksinya.
Sungguh menarik untuk mengamati kartu apa
yang dimiliki Novanto saat ini. Presiden dan Wapres telah menyampaikan sikap.
Semua lembaga hukum telah berkoordinasi dan satu suara. Suara-suara publik
telah satu suara berkat operasi canggih di media sosial dan semua media massa.
Tinggal menunggu kartu terakhir apa yang akan dipegangnya.
Dia masih punya peluang lolos ketika
dinyatakan bebas dari semua masalah. Bukan tak mungkin kartu itu ada di
genggamannya. Sekian tahun berpolitik, dia sudah menanam akar yang menghujam ke
mana-mana. Kini, jejaring itu akan bekerja untuknya.
Jika dia lolos, Papa memang sakti. Entah.
Saya memprediksi dia akan terjerat. Mari kita bertaruh.