Ekosistem Bisnis


Di satu kantor di satu sudut kota Jakarta, saya ikut menerima audience dari kawan-kawan di Mizan Production. Mereka datang untuk mempresentasikan tiga film yang sarat hikmah. Mereka dipimpin putranya Haidar Bagir, guru dan penulis yang saya kagumi dan koleksi buku-bukunya. 

Mizan Production bukan nama baru. Lembaga ini telah melahirkan banyak film laris. Di antaranya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Mencari Hilal, Garuda di Dadaku, Perahu Kertas, Madre, juga Emak Ingin Naik Haji. Film dari Mizan yang paling saya sukai adalah 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, yang dibintangi Reza Rahadian dan Laura Basuki. 

Film ini membawa pesan religius, yang dikemas secara sederhana, dalam dinamika dua anak muda beda agama. Kawan-kawan dari Mizan memulai presentasi dengan memaparkan data-data bisnis film yang cukup menggiurkan. 

Jumlah penonton film terus melesat naik. Tahun 2023, ada 54,5 juta tiket terjual dari dari 104 film. Tahun 2024, jumlahnya naik menjadi 80 juta tiket dari 145 film yang beredar. Jumlah penonton bioskop naik 47 persen. Pihak Mizan mengajak kami untuk terlibat dalam tiga produksi film yang akan dibuat tahun ini. 

Ciri khas Mizan adalah selalu mengemas kisah film secara sederhana, dan sarat hikmah. Mizan berdakwah dengan cara yang santun dan sesuai dengan langgam zaman. Satu dari tiga film yang ditawarkan adalah adaptasi dari buku berjudul Tuhan Ada di hatimu yang ditulis Husain Ja’far al Hadar atau sering disapa Habib Ja’far. 

Sering juga disapa Habib Milenial. Buku ini laris di pasaran. Rencananya, Mizan akan membuat drama dan komedi yang pesannya diangkat dari buku itu. Menarik. Yang perlu dipelajari dari Mizan adalah kemampuan mereka untuk membuat temali dari berbagai bisnis hingga saling menopang. 

Mizan bukan hanya penerbit terbaik untuk buku-buku Islami, tapi juga ekosistem bisnis yang saling terkait. Lini bisnisnya bergerak, mulai dari buku cetak, buku digital, distributor, rumah produksi, sekolah animasi, hingga sekolah pintar. 

Semuanya bergerak dalam napas yang sama, fokus pada pengembangan nilai dan pesan edukasi dengan cara kreatif. Mizan mengolah bisnis kata-kata, yang kemudian dikemas ulang menjadi beberapa produk kreatif. 

Mizan menghubungkan satu bisnis dengan bisnis lainnya. Misalnya, saat mereka menerbitkan buku yang kemudian laris, komunitas pembaca terbentuk. Saat Mizan membuat film, maka film itu sudah punya komunitas penonton, yang kemudian meramaikan bioskop. 

“Bagaimana Bang? Apa kita sudah bisa bicara tentang sponsor dan investasi?” kata seorang kawan dari Mizan. Saya yang saat itu sedang mengkhayal tidak tahu hendak menjawab apa. 

Saya masih menikmati alunan presentasi, dan juga pemutaran video Rindu Muhammad yang viral saat dinyanyikan Haddad Alwi dan Sulis di ajang Snycronize Festival. Rencananya, kisah seorang penonton yang menangis tersedu-sedu saat hadir di festival itu akan dikemas jadi film. 

“Kalau kerja sama ini jalan, kami akan mengundang Abang untuk jadi aktor,” kata seorang dari Mizan. Nah, saya tertarik. Tapi peran apa ya? Apakah peran playboy, om-om genit, ataukah peran penjahat?